Jambi.WahanaNews.co | Dalam rangka memperkuat perjuangan organisasi Serikat Petani Indonesia (SPI) dalam mewujudkan kedaulatan dan melawan liberalisasi produksi pertanian, Dewan Pengurus Wilayah (DPW) SPI Jambi melakukan pendidikan pertanian agroekologi di Pusdiklat SPI Jambi pada, Selasa (15/2/2022)
Dalam pendidikan yang bertemakan “Pendidikan Agroekologi" oleh DPP (Dewan pengurus pusat) SPI dan kemudian dilanjutkan dengan praktek di lahan pelatihan agroekologi SPI Jambi.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Ketua Panitia Pendidikan Agroekologi SPI Jambi M. Yusuf menyampaikan pendidikan pertanian agroekologis ini bermanfaat bagi anggota SPI di basis basis perjuangan.
Sementara itu menurut Ketua Dewan pengurus wilayah (DPW) SPI Jambi Sarwadi, pendidikan pertanian agroekologis yang diadakan ini semangatnya adalah melawan ketidakadilan dan liberalisasi sektor pertanian. Akibatnya beban biaya pruduksi petani semakin besar.
“Yang perlu disadari adalah ketergantungan kita pada bahan kimia berupa pupuk dan pestisida sesungguhnya hanya menguntungkan sekelompok orang dan perusahaan pembuat pupuk dan pestisida. Belum lagi semakin tergantungnya petani kepada benih hasil rekayasa genitika yang membuat benih-banih lokal kita semakin hilang di tengah sawah atau ladang kita. Hasil panen kita yang sesungguhnya tidaklah signifikan degan biaya produksi kita harus berhadapan lagi dengan hasil pertanian impor di pasar-pasar tradisional,” papar Sarwadi.
Baca Juga:
Ketum SPI Sebut Dampak Pencabutan Ekspor CPO Belum Signifikan
Sarwadi juga mengharapkan agar pendidikan pertanian agroekologis kali ini mampu melahirkan kader-kader pejuang kedaulatan pangan yang memilih pertanian agroekologis sebagai jawaban dari persoalan yang dihadapi oleh petani akan mahal dan juga langkanya pupuk dan ketergantungan petani akan benih hasil rekayasa genetika serta mencounter isu yang mencap SPI sebagai perambah hutan karena SPI memiliki pola pertanian yang berkelanjutan dan berbasis keluarga yang di kenal dengan Agroekologi.
“Pertanian agroekologis ini juga menjadi simbol perjuangan kita melawan liberalisasi sektor pertanian,” tutupnya.[gab]