WahanaNews-Jambi |Pasar Indonesia dan pasar keuangan Malaysia tutup di hari Hari Raya Idul Fitri. Oleh karena itu, kontrak minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tidak diperdagangkan.
Namun komoditas CPO sedang menarik perhatian dunia, karena harga nya saat ini tidak menentu. Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga CPO ditutup di MYR 7.104/ton. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Sepanjang pekan lalu, harga CPO di Bursa Malaysia melesat 11,79% secara point-to-point. Ini adalah kenaikan mingguan tertinggi sejak pekan pertama Mei tahun lalu.
Dalam sebulan terakhir, harga CPO meroket 24,52%. Selama 10 tahun terakhir, ini adalah kenaikan bulanan tertinggi.
Lonjakan harga CPO tidak lepas dari kebijakan pemerintah Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk melarang ekspor CPO dan produk-produk turunannya. Hal ini ditempuh demi menekan harga minyak goreng.
Baca Juga:
Kejagung Geledah Kantor KLHK Terkait Dugaan Korupsi Kelapa Sawit Senilai Ratusan Miliar
"Kebijakan pelarangan ini didetailkan yaitu berlaku untuk semua produk, baik itu CPO, RPO (red palm oil), RBD (refined, bleached, deodorized) palm olein, pome, dan used cooking oil. Sudah tercakup dalam Permendag dan berlaku malam hari ini pukul 00.00 WIB sesuai arahan Presiden," tutur Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Ini adalah sebuah prestasi, Indonesia adalah produsen sekaligus eksportir CPO terbesar dunia. Tanpa pasokan CPO dari Indonesia, dunia tentu bisa gonjang-ganjing.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 11 negara yang menjadi pasar terbesar CPO Indonesia adalah China, India, Pakistan, Amerika Serikat (AS), Bangladesh, Malaysia, Mesir, Spanyol, Myanmar, Rusia, Filipina, dan Vietnam. Total nilai ekspor ke-11 negara tersebut menembus US$ 26,67 miliar tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor Januari-Maret 2022 ke 11 negara sudah menyentuh US$ 6,15 miliar.
Pada Januari-Maret 2022, India menjadi importir terbesar untuk Indonesia. India mengimpor CPO Indonesia senilai US$ 6,15 miliar. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 5,78 miliar.
Dilansir dari The Economic Times, Indonesia memasok sekitar 50% kebutuhan impor CPO untuk India sementara untuk Pakistan dan Bangladesh angkanya lebih tinggi lagi yakni 80%.
"Kebijakan Indonesia untuk melarang ekspor CPO tidak hanya mempengaruhi ketersediaan CPO tetapi juga minyak nabati di seluruh dunia," tutur James Fry, dari konsultan komoditas LMC International, seperti dikutip dari Reuters.
Seperti di kutip dari Kompas, Jokowi mengatakan penuhi dulu kesediakan di dalam negeri, baru kita ekspor. [Yg]