Jambi.Wahananews.co | Pokja Penetapan Harga Tandan Buah Segar Provinsi Jambi pada 30 Juni 2022, menetapkan harga kelapa sawit 1-7 Juli 2022 akan turun drastis dibanding periode sebelumya.
Rapat yang digelar di Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Jambi ini dihadiri oleh perusahaan mitra, pekebun, dan instansi terkait lainnya.
Baca Juga:
Harga TBS Kaltim Naik jadi Rp2.490,52 Per Kg
Berdasarkan hasil rapat tersebut, harga buah kelapa sawit usia 10-20 tahun adalah Rp 1.748,90 per kilogram.
Harga ini jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang masih mencapai angka 2.147,09.
Sementara untuk sawit dengan umur tanam hingga 9 tahun adalah antara Rp 1.376,92-Rp 1.698,86.
Baca Juga:
Harga TBS Kaltim Naik jadi Rp2.469,23/kg
Adapun harga rata-rata CPO yang ditetapkan senilai Rp 7.709,47, lebih rendah dari periode sebelumnya yakni Rp 9.509,39.
Dokumen hasil rapat ini ditandatangani oleh Supriyanto SE pada Kamis 30 Juni 2022.
Di sisi lain, harga yang akan diterima oleh petani bakal jauh lebih rendah dari yang sudah ditetapkan oleh Pokja ini.
Sebab hingga kini, TBS dari petani sawit swadaya umumnya cuma dihargai Rp 400-700 per kilogram.
Bahkan walau sudah murah, banyak juga petani yang tidak bisa menjualnya, karena tidak ada pedagang yang mau membeli.
Hal ini seiring aksi sejumlah pabrik kelapa sawit yang masih membatasi jumlah produksinya.
Dampaknya adalah, tidak semua buah sawit petani yang bisa ditampung.
Bahkan sejumlah petani sengaja tidak memanen sawitnya karena tak sebanding penerimaan dengan pengeluaran.
Sebab mereka harus mengeluarkan biaya untuk pemanen buah sawit itu, di sisi lain sawitnya belum tentu bisa terjual.
Di Sungai Bahar Kabupaten Muarojambi, harga sawit di tingkat petani masih sangat rendah.
"Masih sangat rendah, tidak sampai Rp 800 per kilogram," kata RP petani sawit di sana.
Dia menyebut dari informasi yang didapatkannya, pabrik sawit yang sempat tutup di daerah itu sudah buka lagi.
Kondisi turunnya harga sawit ini membuat petani juga kesulitan melakukan perawatan kebun.
Biaya untuk pemupukan semakin tinggi, dan tidak mampu lagi ditutupi hasil produksi saat ini.
Demikian juga biaya sarana produksi yang lainnya, yang harganya merangkak naik setahun terakhir ini. [yg]