JAMBI.WAHANANEWS.CO, - Provinsi Jambi kaya akan alam dan budaya, dengan Merangin Jambi UNESCO Global Geopark (MJUGGp), Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dan Candi Muaro Jambi sebagai tiga pilar pembangunan berkelanjutan.
Ketiganya menjadi sumber daya utama pariwisata berbasis konservasi dan edukasi, penggerak ekonomi lokal, serta simbol identitas budaya. Jalur wisata tematik yang menggabungkan warisan geologi, ekologi, dan budaya menghadirkan pengalaman terpadu dari geologi purba, keanekaragaman hayati, hingga sejarah klasik, sekaligus mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian dan pengelolaan sumber daya.
Baca Juga:
BPBD Kabupaten Rejang Lebong Siagakan Tim Karhutla di Bengkulu
1. Merangin Jambi UNESCO Global Geopark (MJUGGp): Warisan Geologi Purba dan Penggerak Ekonomi Lokal
Merangin Jambi UNESCO Global Geopark (MJUGGp) merupakan entitas geowisata strategis yang diakui secara internasional sejak tahun 2023. Geopark ini terletak di jalur tektonik aktif Sesar Sumatera sepanjang ±1.900 km. Kawasan MJUGGp meliputi geosite dengan nilai ilmiah tinggi, seperti formasi batugamping Formasi Peneta berumur ±140 juta tahun dan fosil kayu Araucarioxylon sp. dari periode Permian, yang merupakan temuan langka di Asia Tenggara. Secara geopolitik dan geoekonomi, MJUGGp memiliki peran ganda sebagai laboratorium geosains tropis dan sebagai katalis penguatan ekonomi lokal melalui pengembangan ekowisata berkelanjutan.
Kawasan ini merepresentasikan warisan geologi purba sekaligus memadukan aspek ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi lokal. Di dalamnya terdapat empat geosite MJUGGp di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Danau Pauh, Fumarol Grao Sakti, Danau Depati Empat, serta Kawah Kumbang dan Kawah Mabuk yang menampilkan fenomena geologis aktif seperti geotermal, vulkanisme, dan danau kaldera, menjadikannya laboratorium alam geosains tropis (UNESCO, 2023). Secara tektonik, MJUGGp-Kerinci berada di segmen aktif Sesar Sumatera (segmen Dikit dan Kerinci/sub-segmen Siulak) yang membentuk topografi patahan terjal dan pola drainase kompleks, sehingga rawan gempa namun penting bagi studi geodinamika regional (Simandjuntak, 1993; PVMBG, 2021).
Baca Juga:
BB TNKS Wilayah III Sumsel-Bengkulu Pemulihan Ekosistem dalam Kawasan yang Libatkan Masyarakat
Salah satu kekayaan geologi yang luar biasa adalah formasi batugamping dari Formasi Peneta yang berumur sekitar 140 juta tahun (zaman Kapur Awal). Batuan ini tersebar di Merangin dan Kerinci dan telah mengalami proses karstifikasi alami yang membentuk gua-gua purba yang masih aktif. Formasi ini merupakan bukti sejarah bumi prasejarah dan berpotensi untuk riset speleologi serta pengembangan geowisata edukatif (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2021). Fosil kayu Araucarioxylon sp. dari zaman Permian (±300 juta tahun lalu) yang ditemukan di Merangin menjadi warisan geologi global karena merupakan satu-satunya temuan sejenis di Asia Tenggara (Geological Agency Indonesia, 2022).
Dari sisi budaya, kawasan ini memiliki lebih dari 80 situs megalitik seperti batu silindrik dan batu berdiri yang tersebar di Merangin dan Kerinci, terkait ritus kuno dan jalur komunikasi lintas wilayah sejak ribuan tahun lalu (BPCB Jambi, 2022). Secara ekonomi, masyarakat setempat mayoritas bergerak di pertanian dan perkebunan, dengan kopi arabika Kerinci (15.620 ha, bersertifikat Indikasi Geografis sejak 2017) dan kopi robusta Merangin (12.300 ha) sebagai komoditas utama (BPS Jambi, 2024). Destinasi alam seperti Gunung Kerinci (3.805 mdpl), Rawa Bento, Gunung Masurai, dan Geopark Fossil Forest menjadi penopang ekonomi berbasis konservasi dan edukasi.
Keberlanjutan MJUGGp sangat bergantung pada peran aktif Pemerintah Kabupaten Merangin sebagai pengelola wilayah inti geopark. Pemerintah berperan sebagai pengarah kebijakan, koordinator lintas sektor, dan motor penggerak ekonomi lokal berbasis potensi geopark, dengan dukungan anggaran Rp7,2 miliar pada 2023, naik 18% dari tahun sebelumnya untuk konservasi, infrastruktur, SDM, dan promosi. Kolaborasi dijalin dengan UNESCO Global Geoparks Network, Badan Geologi KESDM, dan BRIN untuk riset, pemetaan, dan konservasi, serta melalui program Geopark untuk Desa yang mengintegrasikan pengelolaan geosite dengan desa wisata berbasis ekonomi kreatif. Dukungan ini menjadikan MJUGGp bukan sekadar kawasan konservasi, tetapi instrumen pembangunan berkelanjutan yang meningkatkan PAD, membuka lapangan kerja, dan memperkuat identitas budaya. Tanpa keberlanjutan kebijakan, pendanaan, dan pengawasan, potensi MJUGGp terancam stagnasi atau degradasi, termasuk maraknya penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kabupaten Merangin.