2. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
Sebagai Aspiring Geopark Nasional
TNKS menjadi kawasan konservasi yang kaya akan keanekaragaman hayati dan geologi, juga sebagai wilayah yang berpotensi menjadi aspiring geopark nasional. Empat geosite utama merupakan sebaran dari situs MJUGGp yang berada di komplek Masurai yaitu, Danau Pauh, Fumarol Grao Sakti, Danau Depati Empat, dan Kawah Kumbang serta Kawah Mabuk menawarkan fenomena geologi aktif yang menjadi daya tarik wisata alam edukatif dan laboratorium alam terbuka.
Kerinci dan Merangin menyimpan lebih dari 80 situs batu megalitik yang mencerminkan ritus kuno dan jalur komunikasi budaya lintas wilayah (BPCB Jambi, 2022). Namun, TNKS terancam perambahan hutan yang mengganggu kelestarian ekosistemnya, sehingga pengawasan ketat mutlak diperlukan.
Baca Juga:
BPBD Kabupaten Rejang Lebong Siagakan Tim Karhutla di Bengkulu
Secara ekonomi, masyarakat setempat mengandalkan pertanian dan perkebunan dengan komoditas unggulan seperti kopi dan kayu manis. Kawasan wisata alam seperti Gunung Kerinci dan Rawa Bento juga menjadi penggerak ekonomi lokal berbasis pariwisata berkelanjutan.
3. Candi Muarojambi: Pusat Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Klasik Asia Tenggara
Kompleks percandian Muaro Jambi adalah yang terluas di Asia Tenggara (±3.981 ha) dan menjadi pusat pendidikan agama Buddha pada abad 7–14 M (BPCB Jambi, 2023). Letaknya di jalur perdagangan kuno Sungai Batanghari mengindikasikan adanya konektivitas sejarah antara pusat peradaban ini dengan daerah pedalaman seperti Kerinci dan Merangin. Hal ini didukung temuan artefak dan jalur kuno yang menghubungkan dataran tinggi dengan pesisir timur Sumatra. Candi Muarojambi, berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban klasik pada abad ke-7 hingga ke-14 Masehi. Kompleks ini menjadi ikon budaya sekaligus pusat penelitian arkeologi yang menggambarkan sistem sosial, kepercayaan, dan teknologi masa lalu, menjadi simbol identitas masyarakat Jambi.
Baca Juga:
BB TNKS Wilayah III Sumsel-Bengkulu Pemulihan Ekosistem dalam Kawasan yang Libatkan Masyarakat
Namun, kelestarian Candi Muarojambi terancam oleh aktivitas industri batubara, terutama praktik penumpukan (stockpile) yang sembarangan dan industri sawit. Selama lebih dari satu dekade, aktivitas ini menjamur di zona inti Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional (KCBN), terutama di Desa Muara Jambi, Tebat Patah, dan Kemingking Dalam. Dampaknya berupa kerusakan struktur candi dan pencemaran kesakralan lanskap budaya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas situs.
Keberadaan Candi Muaro Jambi melengkapi kekayaan alam dan budaya Jambi, yang secara terpadu dapat menjadi modal utama pembangunan berkelanjutan dan pengembangan pariwisata terpadu di masa depan. Sebagai bagian integral dari kekayaan tersebut, ketiga pilar ini saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain dalam upaya membangun pariwisata berkelanjutan yang tidak hanya menjaga kelestarian alam dan budaya, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara menyeluruh.
Dengan integrasi antara MJUGGp, TNKS, dan Candi Muaro Jambi, Provinsi Jambi memiliki fondasi kokoh untuk membangun pariwisata berkelanjutan yang berorientasi pada konservasi, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kolaborasi lintas sector melibatkan pemerintah, komunitas lokal, akademisi, pelaku usaha, dan mitra internasional akan menjadi kunci dalam menjaga kelestarian warisan geologi, ekologi, dan budaya, sekaligus memastikan manfaatnya dirasakan secara merata oleh generasi sekarang dan mendatang. Melalui komitmen yang konsisten, inovasi pengelolaan, dan perlindungan yang tegas terhadap ancaman kerusakan lingkungan maupun budaya, Jambi berpeluang menegaskan posisinya sebagai destinasi unggulan nasional dan global yang mampu memadukan nilai sejarah, keindahan alam, dan kemakmuran masyarakat secara harmonis.