"Intervensi terhadap mahasiswa dengan menjual beasiswa seolah olah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan.
Ancaman dengan dalih penerima beasiswa terus digaungkan untuk meredam jiwa kritis mahasiswa yang ingin berjuang.
Ini sangat memalukan dan mencoreng makna demokrasi yang sejati," terang Refor.
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Jambi tersebut juga menegaskan screenshotan yang beredar merupakan hal yang sangat memalukan dan intervensi yang berlebihan.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Setiap orang bebas Mengemukakan pendapat. Begitu pula mahasiswa. Kritik notabenenya bersifat membangun dan menjadi hal yang harus dicetuskan bahkan diperlukan. Bukan justru dihilangkan, tutupnya.
Diketahui, pada hari ini, (22/11/2021) Aliansi Mahasiswa Universitas Jambi kembali menggelar unjuk rasa di gedung rektorat UNJA yang membawa 2 tuntutan utama yaitu premanisme back up rektor UNJA dan Mengecam tindakan premanisme di perguruan tinggi.[gab]