Apalagi, lanjutnya, selama ini khususnya LPG 3 kilogram merupakan barang subsidi yang masih dijual bebas sehingga tidak tepat sasaran dan menjadi beban APBN.
"Melalui konversi kompor ini langsung bisa menyelesaikan tiga persoalan sekaligus. Mengurangi ketergantungan impor LPG dengan energi berbasis domestik, yaitu listrik dan juga mengurangi beban APBN yang selama ini untuk mensubsidi LPG ini," papar Darmawan.
Baca Juga:
Pengecer Dapat Izin Jual Elpiji 3 Kg, Cileungsi Masih Kekurangan Pasokan
Bisa Bikin Masalah Baru
Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengungkapkan rencana konversi dari elpiji ke kompor induksi akan menambah banyak masalah.
"Pertama dari daya listrik, kelompok bawah harus migrasi paling sedikit ke daya 1200VA, artinya biaya pemakaian listrik pasti akan naik, jauh lebih besar dari biaya elpiji 3kg," kata dia saat dihubungi, Sabtu (17/9/2022).
Baca Juga:
Destec Indonesia Umumkan Pertumbuhan Konsumen 18% di 2024 untuk Semua Produk
Selanjutnya kompor gas dan peralatan masal yang lama banyak yang tidak bisa dipakai lagi, masyarakat harus beli peralatan masak yang sesuai dengan kompor listrik induksi.
Anthony menduga kebijakan ini ditempuh untuk membantu permasalahan keuangan PLN, agar pemakaian konsumsi listrik meningkat, karena saat ini PLN mengalami oversupply.
Direktur Riset CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan penggunaan kompor listrik lebih tepat ditunjukkan kepada kalangan menengah atas, karena daya listrik yang dibutuhkan relatif besar.