Ruang partisipasi yang terbuka antara guru, siswa, dan orangtua merupakan fondasi untuk membangun rasa memiliki terhadap sekolah. Kepala sekolah perlu memastikan bahwa setiap kebijakan atau perubahan didasarkan pada masukan kolektif dan disosialisasikan secara transparan. Dengan cara ini, kepercayaan publik terhadap sekolah akan tumbuh dan semangat kolaborasi menjadi budaya yang hidup dalam keseharian.
Peran ketiga yang tidak kalah penting ialah menjadi penjaga integritas dan etika publik. Kepala sekolah harus menjadi teladan dalam menjaga nilai-nilai moral di lingkungan pendidikan. Merujuk pada konsep Thomas Lickona (1992), kepala sekolah idealnya memiliki tiga unsur utama: moral knowing, yakni pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran; moral feeling, yaitu kepekaan terhadap nilai-nilai tersebut; dan moral action, yakni keberanian untuk bertindak sesuai prinsip moral yang diyakini. Ketiganya menjadi fondasi utama dalam membangun ekosistem sekolah yang bermartabat.
Baca Juga:
Guru Tak Wajib Mengajar 24 Jam Lagi, Kemendikdasmen Beri Skema Baru Mulai 2025
Integritas dan etika publik bukan hanya soal menghindari penyimpangan, melainkan juga membangun budaya organisasi yang jujur, adil, dan transparan. Kepala sekolah yang mampu menjalankan peran itu akan menjadi figur sentral dalam pembentukan karakter peserta didik serta menjadi panutan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Di tengah derasnya arus pragmatisme dan tekanan dunia luar, keberadaan kepala sekolah yang berpegang pada nilai-nilai luhur menjadi penentu arah moral institusi pendidikan.
Dengan demikian, transformasi peran kepala sekolah bukan sekadar kebutuhan, melainkan keniscayaan dalam menjawab tantangan zaman. Dunia pendidikan Indonesia membutuhkan lebih banyak kepala sekolah yang tidak hanya mampu mengelola, tetapi juga memimpin, menginspirasi, dan menggerakkan perubahan. Upaya Kemendikdasmen dalam merancang program penguatan kepemimpinan sekolah merupakan langkah penting untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Masa depan pendidikan Indonesia sangat bergantung pada kualitas pemimpin-pemimpin pendidikan di tingkat akar rumput.
(Penulis merupakan Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY)
Baca Juga:
Cek Kesehatan Gratis Siap Diterapkan di Sekolah, Targetkan 280 Juta Penduduk
[Redaktur : Ados Sianturi]