WahanaNews-Jambi I Harimau Sumatera yang terlibat konflik dengan manusia hingga menewaskan dua orang meinggal dan satu luka-luka di Desa Guguk, Desa Air Batu dan Desa Marus Jaya Kecamatan Renahpembarap pada 25 September lalu akhirnya mati.
Sebelumnya harimau tersebut beberapa waktu lalu dievakuasi tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi dan menjalani rehabilitasi di kandang Tempat Penampungan Satwa (TPS) BKSDA mati.
Baca Juga:
Harimau Sumatera Ditemukan Mati di Medan Zoo
Harimau Sumatra berjenis kelamin betina tersebut, saat dievakuasi BKSDA pada Sabtu 16 Oktober lalu memang sudah dalam kondisi bagian kaki terluka dan kurus karena kekurangan makanan serta mengalami gangguan pencernaan.
Kabag TU BKSDA Jambi Teguh mengatakan bahwa pada Selasa dini hari (2/11) sekitar pukul 02.00 WIB, tim dokter yang menangani harimau tersebut masih memberikan makanan dan pada pukul 07.00 WIB, tim dokter mau memberikan makan tapi harimau tersebut sudah dalam keadaan mati, perkiraan matinya beberapa waktu sebelumnya sekitar pukul 05.00 WIB.
Harimau berjenis kelamin betina berusia kurang lebih 10 tahun itu, mati akibat malnustrisi kronis.
Baca Juga:
Sapi Milik Warga di Siak Jadi Sasaran Harimau Sumatera
"Setelah diperiksa atau dilakukan nekropsi (bedah bangkai), dan diambil beberapa jenis organ tubuh harimau untuk diteliti guna memastikan penyebab kematiannya, kini bangkai harimau berjenis kelamin betina berusia kurang lebih 10 tahun tersebut dibakar guna menghindari hal negatif nantinya," kata Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh, di Jambi Rabu (3/11/2021).
Untuk dugaan sementara, penyebab kematiannya adalah malnutrisi kronis dimana dari hasil pemeriksaan laboratorium darah (kimia dan hematologi) menggambarkan bahwa harimau mengalami anemia berat, (gambaran Hb 5,81 gal, normalya 8-15 g/dl), dehidrasi yang sangat berat.
Selanjutnya, dari hasil pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai) menunjukkan beberapa perubahan yang signifikan seperti membran mukosa yang pucat, mata yang sangat cekung , konjungtiva pucat, organ lambung hingga usus yang mengalami perlukaan, masa otot/daging yang sangat tipis dan satwa mengalami patah tulang (fraktur obligue humerus dektra) sehingga menyulitkan satwa dalam berburu makanan/mangsa.