Sedangkan di Kerinci paling parah banjir di Kecamatan Depati Tujuh, serta Semurup hampir semua rumah di kecamatan ini terendam banjir. Akses jalan seperti sungai, warga tak bisa ke mana-mana.
"Sudah lebih tiga hari rumah kami terendam. Untuk pergi belanja kebutuhan sehari-hari saja susah, jalan terendam banjir. Hanya yang pakai perahu yang bisa lewat," kata Agus warga Kubang.
Baca Juga:
Kinerja Pendapatan Negara Tahun 2024 Masih Terkendali, Menkeu: Ada Kenaikan Dibanding Tahun 2023
Kepala BPBD Kerinci Dedi Andrizal mengatakan banjir kali ini merupakan yang terparah yang pernah ada. Sudah ribuan rumah yang terendam. seperti di Kecamatan Depati Tujuh, Kecamatan Air Hangat, Air Hangat Timur, Siulak hingga Kecamatan Gunung Kerinci.
Selain banjir, bencana longsor juga terjadi di Kerinci. Informasi yang diperoleh dari BPBD setidaknya ada 5 titik longsor. Di antaranya di jalan Siulak Deras menuju Kayu Aro, akses transportasi nyaris lumpuh. Tanah dan bebatuan serta pohon menimbun jalan di Siulak Deras. Hingga pemerintah daerah menurunkan alat berat.
"Ada alat berat diturunkan bantu membersihkan titik longsor di jalan nasional itu," ujarnya.
Baca Juga:
Hadiri Rakornas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2024, Menkeu: Awal Sinergi yang Baik
Selain itu jalan dari Debai menuju sungai penuh dan jalan Jembatan Layang Tanah Kampung menuju Sungai Penuh nyaris lumpuh total karena tingginya permukaan air. Hanya beberapa kendaraan yang bisa melewatinya, itupun banyak mesin kendaraan yang mogok di tengah banjir. Akibat akses jalan utama bagi warga tersebut banjir, banyak yang putar balik. Bahkan ada yang mau ke Sungai Penuh lewat jalan Sanggarang Agung. Terutama warga dari Kecamatan Tanco, Setinjau Laut dan Kecamatan Danau Kerinci.
Pj Bupati Kerinci, Asraf langsung meninjau beberapa lokasi terparah. Menelusuri rumah warga yang terdampak banjir. Asraf di dampingi Kalak BPBD Kerinci, Dinas Sosial, Camat, dan Kepala Desa setempat.
“Yang jelas hari ini mereka tidak masak karena beras mereka sudah hanyut terbawa banjir tadi malam. Kita benar- benar merasa prihatin, karena tidak pernah terjadi kedalaman air hingga 1 meter bersama dengan lumpur sampai masuk ke rumah- rumah warga di kecamatan Air Hangat. Desa Koto Dua lama, Desa Balai, Koto di Air, dan Pasar Semurup," katanya.