WahanaNews-Jambi I Lingkar Studi Mahasiswa Marhaenis (LSMM) menggelar acara Masa Perekrutan Anggota Baru (MPAB) angkatan pertama di Sipin, Jambi secara luring dan zoom cloud meeting hari Sabtu (9/10/2021) dan Minggu (10/10/2021).
MPAB LSMM yang pertama ini mengangkat tema “Melahirkan Mahasiswa yang memiliki spirit marhaenisme, kritis, progresif dan revolusioner.”
Baca Juga:
Bareskrim Tangkap Kakak Helen Bandar Besar Lapak Narkoba Jambi
Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 35 orang mahasiswa yang terdaftar sebagai peserta.
LSMM adalah organisasi nasionalis yang tidak memiliki tendensi terhadap suatu golongan, sehingga mahasiswa yang mendaftar pada MPAB ini berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Dikarenakan proses seleksi yang cukup ketat, peserta yang dinyatakan lolos sebagai anggota LSMM hanya tersisa sebanyak 22 orang dari 35 pendaftar.
Baca Juga:
Polisi Ciduk Pembunuh Wanita dalam Lemari
Dalam acara ini turut hadir senator DPD/MPR RI Dr. Arya Wedakarna untuk memberikan kata sambutan (opening speech). Dr. Arya Wedakarna, merupakan pendiri The Sukarno Center, Museum Sejarah PNI dan juga Ketua DPP Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme.
Dalam sambutannya, Dr. Arya Wedakarna menegaskan bahwasanya dalam MPAB ini yang terutama sekali adalah bagaimana LSMM menghimpun mahasiswa – mahasiswa Indonesia, terkhusus Provinsi Jambi untuk berkumpul dan bergabung pada tubuh LSMM yang berideologikan marhaenisme. Mengenai adanya “seleksi alam” yang terjadi itu menjadi focus yang berikutnya.
“Sekarang, pada MPAB ini adik– adik fokus dulu bagaimana melemparkan jaring, yang penting ikannya tertangkap dulu. Kemudian menempatkan mereka pada sebuah kolam. Pada saat ikan – ikan ini sudah berada pada sebuah kolam, disanalah kita memeliharanya dengan baik,” ujarnya.
Arya Wedakarna juga menambahkan, bahwasanya memahami marhaenisme haruslah berdasarkan literasi ataupun buku – buku yang dituliskan Bung Karno mengenai gagasan- gagasannya.
“Memahami marhaenisme bisa dengan membuat suatu kegiatan bedah buku Bung Karno dan membicarakannya dalam suatu lingkaran diskusi. Akan tetapi, perlu kita ketahui memahami marhaenisme harus dimulai dari kegiatan membiasakan diri dekat dengan literasi atau buku – buku Bung Karno dari yang paling ringan hingga yang paling berat,” tegasnya.
Ludwig Syarif selaku ketua pelaksana acara ini yang juga merupakan Kepala Bidang Kaderisasi LSMM menyampaikan dalam sambutannya bahwa mahasiswa – mahasiswa yang bergabung pada acara tersebut haruslah memiliki dan menanamkan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap materi – materi yang disuguhkan.
“Bung dan Zus semua harus mampu mengeluarkan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan materi – materi yang disampaikan karena apabila Bung dan Zus memiliki pertanyaan berarti kawan – kawan menyimak apa yang disampaikan oleh pemateri – pemateri kita dengan baik,” tegasnya.
Dalam kesempatan berikutnya, Aleksander menuturkan bahwasanya LSMM adalah organisasi ideologis yang mengangkat marhaenisme sebagai azas organisasinya.
Aleksander kemudian mengatakan bahwasanya marhaenisme adalah ideologi yang pada zaman ini harus di pelajari kembali, di pahami, dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata.
“Sebelum saya buka acara ini, saya ingin menegaskan kembali bahwasanya Lingkar Studi Mahasiswa Marhaenis (LSMM) adalah organisasi kader yang mengangkat marhanisme ajaran Bung Karno sebagai azas organisasinya. Disini kita akan focus pada bagaimana cara memahami ajaran marhaenisme dan mengimplementasikannya dalam dunia nyata atau kehidupan sehari – hari.”
Ados juga menambahkan mengenai urgensi dan relevansi mahasiswa Indonesia mempelajari marhaenisme.
“Kita harus kembali mempelajari marhaenisme dan harus memiliki kemauan untuk memahaminya apalagi kita selaku mahasiswa. Urgensinya pada saat ini adalah bangsa Indonesia butuh mahasiswa yang memiliki dasar berpikir dan bergerak yang jelas, terukur dan teratur. Marhaenisme akan relevan selagi penindasan manusia atas manusia masih berlangsung, penindasan bangsa atas bangsa masih terus terjadi, dan kita bisa melihat kedua hal itu dalam era sekarang,” tambahnya.
Pada MPAB tersebut disajikan beberapa materi kepada peserta yang dipandu oleh beberapa aktivis yang menjadikan marhaenisme sebagai ideologi perjuangannya. Yakni Wiranto Manalu selaku aktivis GMNI Jambi, Eldaniel seorang aktivis yang juga merupakan penulis buku, Christian Napitupulu yang merupakan aktivis yang focus pada penuntasan konflik agraria di Provinsi Jambi. Selebihnya, pemateri MPAB LSMM angkatan 1 adalah dari pengurus LSMM.
Sebelumnya Lingkar Studi Mahasiswa Marhaenis (LSMM) adalah organisasi ekstrakampus yang berdiri pada tanggal 29 Juli 2021 dan di deklarasikan pada tanggal 1 Agustus 2021. LSMM menjadikan marhaenisme Bung Karno sebagai azas organisasinya. (tum)