UPTD PPA Kota Jambi sudah menemui sekitar 15 orang anak yang menjadi korban perdagangan Sudin. Di antaranya, hanya 1 orang yang berusia dewasa. Selebihnya, masih remaja.
Para anak tersebut mendapatkan pendampingan dari psikolog. Sekolah mereka juga dibantu oleh UPTD PPA Kota Jambi.
Baca Juga:
YLKI Dukung Cukai Tinggi Minuman Berpemanis untuk Kurangi Konsumsi Anak
"Untuk anak yang bermasalah di sekolah lama, diurus untuk pindah baru. Malah sampai saat ini masih ada anak yg diurus untuk sekolah paket. UPTD PPA meminta bantuan ke Baznas Kota Jambi untuk membantu membayar tunggakan sekolah anak ini," ujar Rosa.
Menurut Rosa perhatian dari KPAI, dan Dirjen Kemendikbud mereka bertemu dengan salah satu korban di luar 3 orang korban itu (yang disebutkan dalam persidangan). Begitu juga dinas sosial, dan Balai Alyatama, yang mendata korban.
Sebagian korban, kata Rosa beberapa waktu lalu, keluarganya tergolong broken home. Ia menduga sang anak bisa menjadi korban, juga karena pengaruh media sosial, dan pembelajaran daring yang membuat mereka memiliki banyak waktu luang.
Baca Juga:
Ingin Menjadi Kebanggaan Orang Tua: Kisah Mustofa yang Sembuh dari Katarak
Para anak itu diimingi mendapatkan uang yang banyak. Karena pemikirannya belum matang, mereka kena rayuan untuk dibawa ke Jakarta dan bertemu pengusaha tempat hiburan malam itu.
"Diimingi mendapatkan uang besar. Ya namanya anak, belum berpikiran matang. Ada juga yang dikenalkan di sana. Karena tidak punya ongkos terpaksa melakukannya," ungkap Rosa.