WahanaNews-Jambi | Presiden Joko Widodo memutuskan untuk mencabut larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO) cs mulai Senin mendatang. Dibukanya keran ekspor CPO ini diumumkan secara langsung oleh Jokowi.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Jambi, Kasriwandi, mengucapkan rasa terimakasih kepada Presiden atas upaya mencabut larangan ekspor CPO itu. Kasriwandi mengaku selama larangan ekspor CPO tersebut dilakukan, 30 persen petani yang enggan panen sudah merugi hingga Rp 900 miliar.
"Kita pertama kali mengucapkan rasa terimakasih banyak kepada bapak Presiden, tentu dengan dibuka kembali ekspor CPO ini bisa menambah daya semangat para petani sawit lagi, namun yang penting ini tentu harus dikawal kebijakan ini. Akan tetapi yang perlu harus diketahui pula, selama larangan ekspor CPO itu diberlakukan, 30 persen petani sawit yang enggan panen sudah merasa rugi hingga Rp 900 miliar ya," kata Kasriwandi kepada detikSumut, Sabtu (21/5/2022).
Baca Juga:
Hendak ke Pesantren, Santriwati Ini Malah Dilecehkan Oleh Sopir Travel
Diterangkan Kasriwandi, bahwa kerugian petani sawit Jambi itu terjadi bentuk kekecewaan mereka selama larangan ekspor CPO diberlakukan. Apalagi keinginan para petani yang enggan panen dan membiarkan buah sawit mereka membusuk di pohon juga lantaran harga TBS yang terjun bebas.
"Seperti yang saya sebutkan kemaren, selama larangan CPO itu berlaku, harga TBS ini kan juga anjlok. Maka dari itu ada 30 persen petani sawit Jambi yang enggan mau panen dan biarkan buah sawit mereka membusuk di pohonnya. Ini kan karena harga TBS yang anjlok. Ketimbang panen juga tidak ada untung, lebih baik biarkan saja membusuk," ujar Kasriwandi.
Dari 30 persen petani sawit di Jambi yang enggan panen itu diterangkan Kasriwandi tercatat hampir 300 ribu ton sawit mereka yang dibiarkan di pohonnya. Dari 300 ribu ton buah sawit itu jika di jumlahkan dengan harga TBS rata-rata Rp 2.000 perkilonya maka hampir Rp 900 miliar kerugian itu dirasakan.
Baca Juga:
Seorang Kuli di Jambi Kena Tendang Saat Angkut Karung, Pelaku: Itu Gurauan!
"Itu yang tidak panen rugi nya sampai segitu ya. Kalau yang panen kan ada 70 persen petani sawit Jambi walaupun harga TBS turun drastis. Tetapi walaupun mereka panen sama saja mereka juga rasakan rugi, bagaimana tidak harga TBS itu saja ada yang Rp 1.500 ada juga yang Rp 1.200 perkilo, harga itu tidak menentu buat petani yang tidak bermitra. Kalau yang bermitra harga TBS masih ikut harga Disbun yakni Rp 2.808,97, tetapi kan yang bermitra ini hanya 6 persen, 94 persennya tidak ada yang bermitra, ya rugi lah jika ekspor CPO dilarang," ucap Kasriwandi.
Dengan dibuka kembali keran ekspor CPO itu diharapkan Kasriwandi dapat menumbuhkan kembali rasa semangat para petani sawit yang ada di Jambi. Dia pun berharap jika nanti ekspor CPO ini sudah diberlakukan tentu dinilai dapat kembali meningkatkan harga TBS.
"Semoga ini tetap akan terus berlanjut, dan sejak satu hari pengumuman dibuka kembali ekspor CPO ini oleh pak Presiden, juga sudah terlihat bahwa kenaikan harga sudah terjadi mencapai Rp 150 rupiah. Ini baru diumumkan belum di sah kan, jika sudah di sah kan atau diberlakukan mungkin bisa meningkat lagi harga TBS ini dan itu tentu menjadi penyemangat bagi petani sawit," sebut Kasriwandi.