Arya Wedakarna juga menambahkan, bahwasanya memahami marhaenisme haruslah berdasarkan literasi ataupun buku – buku yang dituliskan Bung Karno mengenai gagasan- gagasannya.
“Memahami marhaenisme bisa dengan membuat suatu kegiatan bedah buku Bung Karno dan membicarakannya dalam suatu lingkaran diskusi. Akan tetapi, perlu kita ketahui memahami marhaenisme harus dimulai dari kegiatan membiasakan diri dekat dengan literasi atau buku – buku Bung Karno dari yang paling ringan hingga yang paling berat,” tegasnya.
Baca Juga:
Bareskrim Tangkap Kakak Helen Bandar Besar Lapak Narkoba Jambi
Ludwig Syarif selaku ketua pelaksana acara ini yang juga merupakan Kepala Bidang Kaderisasi LSMM menyampaikan dalam sambutannya bahwa mahasiswa – mahasiswa yang bergabung pada acara tersebut haruslah memiliki dan menanamkan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap materi – materi yang disuguhkan.
“Bung dan Zus semua harus mampu mengeluarkan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan materi – materi yang disampaikan karena apabila Bung dan Zus memiliki pertanyaan berarti kawan – kawan menyimak apa yang disampaikan oleh pemateri – pemateri kita dengan baik,” tegasnya.
Baca Juga:
Polisi Ciduk Pembunuh Wanita dalam Lemari
Dalam kesempatan berikutnya, Aleksander menuturkan bahwasanya LSMM adalah organisasi ideologis yang mengangkat marhaenisme sebagai azas organisasinya.
Aleksander kemudian mengatakan bahwasanya marhaenisme adalah ideologi yang pada zaman ini harus di pelajari kembali, di pahami, dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata.
“Sebelum saya buka acara ini, saya ingin menegaskan kembali bahwasanya Lingkar Studi Mahasiswa Marhaenis (LSMM) adalah organisasi kader yang mengangkat marhanisme ajaran Bung Karno sebagai azas organisasinya. Disini kita akan focus pada bagaimana cara memahami ajaran marhaenisme dan mengimplementasikannya dalam dunia nyata atau kehidupan sehari – hari.”